Relasi terbaik
manusia-alam pada konteks lingkungan hidup, adalah manusia harus menjaga
keselarasan dengan alam. Ada kesadaran pada tiap orang bahwa peran sebagai
pemegang mandat dari TUHAN Allah, sekaligus mempunyai tanggungjawab penataan
lingkungan hidup dan kehidupan. Kesadaran seperti itu, mungkin hanya ada pada
sedikit umat manusia.
Menurut ajaran agama-agama, kelangsungan alam semesta karena adanya
pemeliharaan TUHAN Allah terhadap ciptaan. Namun, Ia telah memberi mandat
kepada manusia untuk mengelola dan menata alam semesta. Dan karena mandat
tersebut, di samping memunculkan atau adanya kemajuan, manusia pun telah
merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, upaya untuk menjaga serta menjaga
keselarasan alam merupakan tanggungjawab mereka yang telah merusaknya.
Menjaga dan menciptakan
keselarasan dengan alam atau lingkungan hidup dan kehidupan, sekaligus
mencerminkan adanya penatalayanan untuk melanjutkan karya pemeliharaan dan
pelestarian atau konservasi alam. Juga memperlihatkan bahwa, manusia [sekarang
atau di saat ini] masih mempunyai kepedulian pada generasi yang akan datang.
Karena jika generasi masa kini [sekarang] membiarkan lingkungan hidup dalam
keadaan berantakan, tidak tertata, rusak, maka bisa dipastikan di era akan
datang [setelah hidup dan kehidupan sekarang], hidup dan kehidupan manusia akan
menjadi atau semakin sulit. Kesulitan berupa penyakit-penyakit yang
muncul akibat kesalahan menggunakan hasil iptek.
Mungkin ada suatu pemikiran positif dan kepastian harapan bahwa dengan
kemajuan iptek dan modernisasi, manusia mampu dan dapat mengendalikan
lingkungan hidup. Namun, itu hanya suatu kemungkinan. Manusia hanya mampu
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat deteksi dini terhadap datangnya
bencana alam yang bersifat alamiah [seperti gempa bumi dan tsunami], bukan
meniadakannya. Iptek dan modernisasi hanya memampukan manusia mengurangi
dampak kerusakan akibat bencana-bencana tersebut.
Manusia diberikan
kebebasan untuk berkuasa dan sekaligus mengolah dan menata lingkungan hidup.
Semua karya hidup dan kehidupan manusia, dalam hubungan dengan lingkungan
hidup, juga merupakan tugas manusia di dunia milik TUHAN. Oleh sebab itu, ia
harus melakukan semuanya dengan penuh ketaatan kepada TUHAN Allah. Akan tetapi,
agaknya manusia telah memilah-milah bumi dan menjadikan milik pusakanya.
Upaya menjaga keselarasan dengan alam atau menata lingkungan hidup dan
kehidupan dapat dilakukan oleh semua orang, seluruh lapisan masyarakat; bisa
dikerjakan oleh semua umat manusia tanpa membedakan perbedaan SARA, tingkat
pendidikan, status sosial, dan lain-lain. Upaya itu bisa dimulai dengan hal-hal
yang sederhana, misalnya penyediaan tempat sampah di area-area umum dan
terbuka; menanam bunga atau pohon di sepanjang jalan raya; membuat taman-taman
kota atau menciptakan hutan dalam kota.
Upaya menjaga keselarasan alam, bisa juga dikerjakan dengan tekhnologi
tinggi serta pembiayaan yang besar, misalnya, pengelolaan atau daur ulang
sampah; mengatur emisi gas buangan mesin-mesin kendaraan bermotor dan pabrik
sehingga seminim mungkin mengandung racun; reboisasi hutan daratan dan
pesisir pantai; penataan lingkungan perumahan dan daerah aliran air
sungai, termasuk penggunaan hasil iptek yang ramah lingkungan, dan lain
sebagainya.
Lalu, di manakah umat anda dan saya? Dimanakah kita!? Di mana mereka
berperan? Sebagai perusak atau penata lingkungan hidup? Agaknya umat beragama
yang menjadi bagian dari masyarakat kota dan industri lah yang paling
bertanggungjawab terhadap penataan [ulang] lingkungan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar