Kedewasaan
Menghadapi usia tua adalah keniscayaan. Tetapi,
menjadi sosok yang dewasa adalah pilihan. Tak sedikit orang yang mapan dari
segi umur, tapi belum memiliki kepribadian yang matang.
Usia memang bukan jaminan dan tolok ukur kedewasaan
seseorang. Tak mudah menjadi dewasa. Butuh proses panjang dan tahapan. Apa dan
bagaimana kedewasaan itu telah dikupas dalam deretan buku motivasi ataupun
psikologi.
Prof Ahmad Hasan dalam artikelnya yang berjudul
“Samat Ar-Rajulah fi Al-Islam” mengatakan, sedikit sekali para penulis ataupun
peneliti yang mencoba membahasnya dari perspektif Islam.
Dalam makalahnya itu, ia berupaya menjabarkan
pemaknaan kedewasaan dan kriterianya menurut kacamata Islam. Seperti apakah
pembacaannya atas kedewasaan?
Menurut dia, rajulah atau kedewasaan bukan
identitas yang berdiri sendiri, tetapi merupakan sifat yang bisa dimiliki oleh
siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan. Kata rajul dalam Alquran memiliki
pemaknaan yang berbeda-beda. Adakalanya, bermakna laki-laki sesuai dengan arti
dasarnya. Ini seperti ayat 7 dan 12 Surah An-Nisaa’.
Kadang pula, kata rajulah yang dimaksudkan itu
berarti sifat-sifat bagi sosok pribadi yang dewasa dan matang. Sebut saja ayat
ke-109 Surah Yusuf. Kata rijal itu merupakan representasi sebuah kesempurnaan
dan kekuatan yang dimiliki oleh seorang pria.
Sifat para pembesar yang memegang tampuk risalah
dan menyerahkan hidup mereka untuk menyampaikan wahyu. Ini seperti ayat 23
Surah Al-Ahzab.
Pada intinya, kata Prof Hasan, mereka yang
menelusuri definisi rajulah atau kedewasaan dalam Alquran dan sunah akan
mendapati satu kesimpulan, yaitu orang yang laik menyandang sifat dewasa baik
dari golongan Adam atau Hawa ialah mereka yang hidup taat dan
mengimplementasikan takwa dalam kehidupan sehari-hari.
Ini terdapat di Surah Al-Hujurat ayat 13. Hadis Abu
Hurairah juga menyebut demikian. Sebaik-baik manusia ialah mereka yang
bertakwa. Ini berarti, takwa dalam pemaknaan yang luas bisa dijadikan sebagai
tolok ukur kedewasaan seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar