Menjelajah
Kemolekan Pahawang
TEMPO.CO, Jakarta - Saya sangat suka suasana laut
dan pantai. Setelah menjelajahi berbagai obyek wisata laut di pelosok negeri,
saya merasa kecolongan. Ada destinasi laut dekat Jakarta yang belum kudatangi :
Pulau Pahawang, di ujung bawah Pulau Sumatera. Konon lautnya cantik.
Pulau
Pahawang di Kecamatan Punduhpedada, Pesawaran, Lampung. Awal tahun lalu saya
dan beberapa teman berangkat malam dari Jakarta menuju Pelabuhan Merak, Banten,
lanjut menyeberang dengan kapal ferry ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung.
Selanjutnya kami menyewa mobil menuju ke Dermaga Ketapang karena tak ada bus ke
sana.
Matahari
mengintip sampai Ketapang. Kami menyeberang bersama sinar kemerahan yang
hangat. Dengan perahu kecil berkapasitas 15 orang, lama perjalanan sekitar 45
menit. Penjelajahan Pulau Pahawang dimulai.
Pulau
Pahawang memiliki enam dusun yaitu Suakbuah, Penggetahan, Jeralangan, Kalangan,
Pahawang serta Cukuhnyai dengan penghuni 1.533 jiwa. Di sekitar Pulau Pahawang
terdapat beberapa pulau seperti Pulau Pahawang Kecil, Pulau Gosong, dan Pulau
Kelagian.
Perjalanan
kami dimulai dengan mengelilingi Pulau Pahawang Besar seluas 1.084 hektare
menggunakan perahu. Kami menyisiri seluruh garis pantai pulau. Di salah
satu bagian pulau hanya terdapat jajaran pohon nyiur yang banyak dan
rapat-rapat.
Di
bagian lain terdapat hutan dengan pohon besar di bibir pantainya. Di bagian ini
hanya sedikit pasir di pantainya dan langsung disambut rimbun pepohonan. Air
laut berwarna biru jernih, terlihat kontras dengan warna hijau dari
pepohonan.
Di
Pulau Pahawang besar terdapat sebuah villa berarsitektur Jawa milik seorang
berkewarganegaraan Perancis. Penduduk sekitar memanggilnya Mr. Jo. Sebuah
kapal kecil bertuliskan »Ville D’echternach II” tertambat di dermaga. Tak jauh
dari dermaga, bersauhlah kapal lebih besar bernama »Ville D’echternach”.
Puas
berkeliling Pulau Pahawang Besar, saatnya menjelajah perairan sekitar. Terdapat
beberapa spot snorkeling di sekitar pulau. Salah satunya terdapat kapal nelayan
yang karam. Kapal tersebut menjadi tempat persembunyian ikan dan hewan laut
lain. Keragaman bawah laut di pulau ini bertambah dengan macam-macam
karang, ikan, tumbuhan laut.
Hari
kedua. Kami memutuskan untuk berlayar ke Tanjung Putus dan Pulau Kelagian yang
tak jauh dari Pahawang. Di Tanjung Putus terdapat Pulau Gosong, pulau yang
hanya terdiri dari pasir putih. Di sekelilingnya air laut jernih berwarna
toska, tak terlalu dalam, seperti kolam renang pribadi tak berbatas yang
dibingkai jejeran bukit dan pulau dikejauhan.
Tak
ada karang di Pulau Gosong. Namun ada beberapa rumput laut dan tumbuhan lainnya
tempat ikan-ikan bersembunyi. Dengan mudah kami menemukan ikan badut dan ikan
cantik lainnya. Matahari mulai meninggi, kami naik ke perahu dan melanjutkan
perjalanan. Rasa lapar dan haus membawa kami ke tujuan berikutnya : Pulau
Kelagian.
Pulau Kelagian
tak berpenghuni. Namun beberapa warga sekitar membangun saung-saung di tepi
pantai. Biaya masuk ke pulau ini Rp 3000 per orang. Selain saung, masyarakat
sekitar juga membangun warung-warung makanan. Pulau ini biasa digunakan para
pecinta alam berkemah.
Pulau
Kelagian memiliki pantai yang indah. Pantainya berpasir putih sehalus bedak dan
air sebening kaca. Lokasi ideal untuk bersantai dan berenang. Kami berpapasan
dengan perahu nelayan yang juga sedang merapat. Sekitar pulau Kelagian adalah
lokasi nelayan memancing ikan.
Setelah
makan kami lanjut menikmati indahnya pulau. Ada yang berenang, berfoto, bahkan
berjemur ala bule. Saya menikmati tidur-tiduran di sebuah ayunan yang
menggantung pada sebuah pohon. Saat itu, saya ingin petang terlambat datang.
Ketika petang merembang, kami bergegas ke dermaga Ketapang. Pulang.
Cut
Khairun Nisa
Karyawan
swasta di Jakarta, pecinta laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar