Batik Miliki Potensi Ekonomi Luar Biasa.
Apa yang terjadi jika seorang Jultin Kartasasmita jatuh hati pada kain
batik? Sekedar menjadi kolektor ratusan kain batik, tentu tidaklah cukup. Istri
Ginanjar Kartasasmita ini pun terinspirasi untuk mengabadikan segala cintanya
terhadap batik dalam sebuah buku berjudul Dunia Batik Seorang Jultin.
Buku tersebut tak sekedar menjadi sebuah catatan cinta. Jultin bahkan
menyebutkan bukunya sebagai sebuah langkah untuk memulai terjun dalam bisnis
batik.
“Barangkali saya membutuhkan keberanian lebih banyak lagi untuk terjun
total dalam dunia batik,” ujar Jultin kemarin.
Perempuan yang menjabat sebagai ketua Yayasan Batik Indonesia (YBI)
selama 17 tahun tersebut menyadari betul bahwa batik tak sekedar nikmat untuk
dilihat dan dikenakan. Lebih dari itu, batik sesungguhnya memiliki nilai
ekonomi tinggi.
Dalam satu bagian tulisannya, Jultin menuliskan bagaimana sebuah
pameran batik yang digelar YBI berhasil mencatat nilai transaksi hingga Rp. 34
miliar.
“Transaksi tersebut dicatat hanya dalam waktu 4 hari pameran
berlangsung,” tukas sperempuan cantik tersebut.
Jumlah tersebut diakui Jultin sangat mengejutkan dan membuatnya
terperangah. Dan sejak itu ia mulai menyadari bahwa batik bukan sekedar pesona
tradisi bangsa Indonesia. Juga bukan sekedar khasanah budaya warisan nenek
moyang. “Ini peluang dan potensi ekonomi yang luar biasa,” lanjut Jultin.
Untuk membuat batik bernilai ekonomi tinggi, menurut Pembina YBI Dipo
Alam, sesungguhnya bukan masalah sulit. Sebab 33 propinsi kini sudah memiliki
batik dengan ciri khas berbeda.
Munculnya batik disemua propinsi di Indonesia menurut Dipo adalah sebuah
fakta yang menggembirakan.
Kain tradisional tersebut bisa menjadi nilai tambah bagi perkembangan
dunia wisata negeri ini.
Dipo menilai batik sudah berkembang dengan baik di Indonesia. Kecintaan
masyarakat terhadap batik juga semakin tumbuh subur. Batik sudah menjadi salah
satu kain kebanggan yang bisa dikenakan dalam berbagai busana.
“Kita perlu konsisten untuk terus mengembangkan batik, sehingga bisa
memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian bangsa sesuai dengan yang kita
harapkan,” pungkas Dipo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar