Amanda Thatcher, Calon Penerus Tahta Nenek
TEMPO.CO, London - Amanda
Thatcher terbang berkilo-kilometer dari Amerika Serikat menuju London, Inggris,
pada pekan lalu untuk menghadiri upacara pemakaman neneknya Margaret Thatcher,
Rabu, 17 April 2013.
Dalam prosesi
pemakanan di Katedral St Paul, gadis berusia 19 tahun yang kini menempuh
pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Amerika Serikat ini mendapatkan
kehormatan membacakan kata sambutan.
Menurut sejumlah
laporan, Amanda menyampaikannya dengan tegas dan anggun. Sikap dia mengingatkan
sejumlah orang pada sikap neneknya ketika menjadi Perdana Menteri Inggris. Dia juga mengutip ayat suci dalam Al Kitab. "Ekspresi wajahnya
mirip neneknya," tulis harian Express, Jumat, 19 April 2013.
Mengenakan untaian
kalung mutiara, dengan busana hitam, topi hitam, dan bersepatu hitam hak
tinggi, mahasiswi Texan College ini tampil dengan emosi yang terjaga sebelum
kurang lebih 2.000 tetamu, yang terdiri atas Ratu Inggris, Perdana Menteri,
utusan negara-negara asing, serta sejumlah televisi, hadir.
Amanda juga
membungkuk hormat dengan sempurna ketika memperkenalkan diri kepada Ratu usai
memberikan sambutan. Dame Mary Archer, istri bekas Ketua Partai Konservatif
Lord Jeffrey Archer, mengatakan, "Saya rasa dia membacakannya begitu
anggun dan dia memiliki aksen Atlantik yang bagus. Amanda adalah indah. Dia
memberikan layanan yang pas."
Amanda dan
kakaknya, Michael, 24 tahun, adalah anak dari Sir Mark Thacher dengan pasangan
istri pertama, Diane Beckett. Mereka tinggal di Dallas, Texas. Menurut pihak
sekolah tempat Amanda menempuh pendidikan dasar, dia memiliki bakat olahraga,
terutama di cabang atletik. Kedua bersaudara ini memutuskan memeluk agama
sesuai dengan iman neneknya, yakni Kristen Avengelis.
Michael dan Amanda
lahir di Amerika Serikat. Namun, masa kecil dua bersaudara ini banyak
dihabiskan di Afrika Selatan. Mereka tinggal di sebuah rumah agung di Cape
Town, tempat Michael bermain kriket, sedangkan Amanda menekuni latihan berkuda.
Namun, setelah
Mark ditahan pada 2004 karena keterlibatannya dalam kudeta di Guinea
Ekuatorial, Dianne kembali ke Dallas bersama anak-anaknya. Pasangan suami
istri, Mark dan Dianne, bercerai diawali dengan pertengkaran sengit.
Selanjutnya, keduanya menikah lagi.
Namun demikian,
ayahnya tak boleh masuk ke Amerika Serikat lantaran pernah mendekam dalam bui
terkait keterlibatannya di kudeta Guinea Ekuatorial. Pada usia 12 tahun, Amanda
dilaporkan menulis surat kepada Presiden Bush meminta Bush melakukan intervensi
atas pelarangan tersebut.
"Anda tahu
bagaimana perasaan Anda tentang putri Anda," tulis Amanda. "Saya
ingin ayah kembali ke Amerika." Surat ini kabarnya tidak mendapatkan
balasan. Ratusan orang di jejaring sosial Twitter, menulis, "Dia tampil
menawan dan sempurna di prosesi pemakaman."
Nigel Evans,
anggota parlemen dari Partai Konservatif, mengatakan, "Saya rasa dia
sempurna, benar-benar sempurna. Dia tahu mata dunia tertuju kepadanya. Ketika
dia berbicara dan memberikan sambutan, banyak orang menangis. Namun, dia tetap
tampil dengan ketenangannya yang sempurna."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar